Perlawanan atau Excuse untuk sebuah kemalasan?
Terkadang kita sering dihadapkan pada situasi dimana kita harus memilih untuk ikut dalam sebuah sistem atau menolaknya karena sistem tersebut tidak cocok dengan kita. Ketika kita menolak untuk bergabung pada suatu sistem disitulah terdapat “sesuatu” untuk dapat diperjuangkan yang bisa kita sebut sebagai sebuah “perlawanan” untuk hak-hak kita yang terabaikan dalam sistem tersebut, orang yang melawan atau enggan masuk dalam sistem tersebut disebut juga “oposisi”.
Namun opositer (julukan bagi kaum oposisi) tidak selamanya murni melawan karena adanya “sesuatu” atau hak-hak yang terabaikan dalam sebuah sistem yang ada sehingga ia tidak mau ikut dalam sistem tersebut melainkan kebanyakan opositer gadungan yang berani melawan tetapi tanpa background perlawanan yang kuat, tanpa adanya “sesuatu” untuk diusung dan diperjuangkan.
Opositer gadungan hanya seorang pecundang kecil yang tidak berkarakter yang hanya memenuhi ego dan menuruti sifat malas.
Kesemuan yang terjadi antara perlawanan murni dan sebuah excuse untuk kemalasan banyak membutakan dan tiap-tiap yang masuk dalam kondisi pilihan mendukung sistem atau melakukan perlawanan sebagian besar menjadi korban untuk memilih poin kedua dengan alasan perlawanan namun tanpa dasar dan hanya menuruti ego untuk sebuah kemalasan.
Yang menjadi problem adalah sikap seperti ini jika dibiarkan akan membangun sebuah karakter buta dimana seseorang merasa hebat, merasa sedang berjuang bahkan merasa benar berjalan dijalannya namun nyatanya ia dibodohi atau lebih tepatnya membodohi dirinya sendiri dan gelap hati yang pada akhirnya menumbuhkan karakter munafik tidak mampu mengakui dan menyadari tindakannya sudah salah atau bahkan menyadari dengan 100% sadar tetapi tidak sanggup untuk mengakui dan merubah tindakannya.
Inilah perusak moral, yang terkadang sangat menyiksa. Saya sebut mereka yang terjebak dan terlanjur memilih jalur ini sebagai korban. Karena mereka telah melangkah maju dan akan sangat sulit sekali untuk mundur dan kembali ke jalan yang bisa disebut benar. Solusinya. Susunlah sebuah gerakan baru, dimana langkah ini adalah hasil dari evalusi dan analisis langkah masa lalu. Jujurlah pada diri ini catat setiap langkah yang salah dan buatlah jalur baru. Tidak mesti masuk dalam sistem tetapi menciptakan sistem yang baru yang lebih jujur dan siap untuk mengkoreksi diri dan menjadi opositer yang orisinil benar-benar melakukan “perlawanan” dan memperjuangkan “sesuatu” secara konsisten, bukan karena sifat malas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar