Mars FSPMI Kami buruh fspmi Berjuang di sini karena hati kami Bukan karena digaji atau ingin dipuji Kami berjuang karena hak asasi Kami buruh fspmi Siang malam tetap mengabdi Tak peduli hujan tak peduli panas Susah senang ya solidarity Reff: Di sini bukan tempat buruh malas Atau mereka yang biasa tidur pulas Di sini tempatnya para pejuang Yang berjuang dengan keikhlasan Lawan lawan lawan lawan lawan Lawan lawan lawan sampai menang Satu komando wujud kekompakan Sabar dan loyal itu kewajiban Sekuat mental baja sukarela berkorban Berjuang dalam satu barisan Solidarity forever Solidarity forever Solidarity forever For the union make us strong.

Jumat, 01 November 2013

Sejak Dulu, Hanya Capres Ini yang Giat Perjuangkan Nasib Buruh


Sungguh kasihan buruh. Ini adalah pandangan objektif saya. Saya bukan berasal dari keluarga buruh. Ayah saya adalah seorang pensiunan PNS, masa kerja terakhirnya hanya sebagai salah seorang staf di salah satu kelurahan.
Namun kondisi ekonomi keluarga PNS di masa dulu masih sangat serba sulit. Dan kondisi itulah yang membuat saya beberapa kali juga telah pernah merasakan menjadi seorang “buruh” demi “menambal biaya sekolah dan kuliah saya dulu.


Sekarang, kondisi PNS sangat jauh berbeda. Saat ini PNS sudah sangat banyak yang sejahtera, masih golongan rendah dan dengan eselon di bawah saja sudah ada yang mampu memiliki mobil. Paling tidak, PNS sekarang itu sudah banyak yang mengantongi handphone mewah, layaknya seorang direktur utama.

Bandingkan dengan nasib dan kondisi kesejahteraan para buruh saat ini. Para buruh banting tulang, siang dan malam memeras keringat, dan setiap tetesan keringatnya adalah untuk menyuburkan ekonomi di negeri ini. Sehingganya, menurut saya, buruh sebetulnya adalah “fondasi” ekonomi negara. Jika tidak ada buruh, maka negara pun pasti hancur. Sayangnya, Pemerintah tidak menyadari itu.

Pemerintah hanya tahunya menaikkan harga BBM, yang membuat harga-harga kebutuhan pokok berupa pangan dan sandang masyarakat juga ikut mendaki. Akibatnya, masyarakat kita yang didominasi oleh kaum buruh itu pun sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup mereka.

Di sisi lain, Pemerintah juga hanya sibuk dengan kegemarannya menambah utang negara, yang boleh jadi adalah hanya untuk  “menyuapi” konglomerat dan para PNS serta para pejabat korup. Sebab logikanya, jika utang semakin banyak, maka kesejahteraan masyarakat (termasuk buruh) tentu sangat berpeluang untuk diwujudkan. Tetapi kenyataannya, buruh malah semakin menderita dan melarat.

Menangani masalah buruh saja, Pemerintah nampaknya sudah sangat kesulitan, belum masalah lainnya. Sehingga, wajar saja jika masalah-masalah lainnya pun sangat sulit diatasi Pemerintah.
Untung saja ada tokoh nasonal yang juga sekaligus sebagai sosok ekonom senior, Rizal Ramli, yang juga tak pernah henti-hentinya mendampingi dan ikut memperjuang nasib para buruh sejak dulu. Sehingga tak berlebihan kiranya jika dikatakan, bahwa sejauh ini belum ada Capres 2014 yang serius memperjuangkan nasib buruh selain Rizal Ramli.

Kalau pun ada sosok capres lain yang ingin berjuang untuk membela dan memperjuangkan nasib buruh, maka saya yakin para buruh lah yang justru menolaknya. Sebab sejauh ini, semua Capres yang menonjol saat ini adalah berasal dari kalangan parpol, dan hanya Rizal Ramli yang bukan dan tidak berasal dari parpol tertentu. Itu pula salah satu alasannya mengapa buruh lebih adem menjadikan Rizal Ramli sebagai tokoh pejuang buruh di tanah air.

Singkat kata, para buruh tak ingin ditunggangi secara politik. Sehingga, setiap tuntutan para buruh saat ini tak bisa sama sekali disebut sebagai gerakan yang berbau politik.
Saat ini, Rizal Ramli dalam memperjuangkan nasib buruh adalah murni atas nama idealisme dalam menegakkan demokrasi yang berkeadilan untuk kesejahteraan para buruh, –bukan atas nama parpor tertentu.

Selaku Ketua Aliansi Rakyat untuk Perubahan  (ARuP) dan juga atas nama Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) versi Munas Kadin Oktober 2013, Rizal Ramli pun mengecam para pengusaha yang kerap menyalahkan serta memaki para buruh.
Dan Rizal Ramli mengaku tak gentar sedikit pun akan melawan dan berhadapan dengan pengusaha kelas atas bersama penguasa jika tidak segera memperbaiki nasib para buruh sebagaimana yang diharapkan.

Sebagai Ketua Umum Kadin, Rizal Ramli juga menegaskan, bahwa pihaknya akan bahu membahu bersama para buruh untuk membangun perekonomian Indonesia lebih baik.
“Ada (pengusaha) yang sengaja menyalahkan buruh. Itu tidak fair karena buruh minta upah tinggi karena harga makanan tinggi dan transportasi juga tinggi,” ujar Rizal di Hotel Manhattan, Jakarta, Selasa (22/10/2013). Seperti dilansir Sindonews.

“Saya enggak respect dengan pengusaha macam itu tapi bersama-sama dengan buruh dan komponen bangsa lainnya membangun Indonesia,” sambungnya.
Rizal menambahkan, selain buruh, Kadin juga akan merangkul komponen bangsa lainnya mulai dari petani, nelayan, hingga para guru untuk mendengarkan keluhan mereka.

Rizal Ramli yang dinobatkan sebagai Capres paling ideal 2014 oleh LPI ini memang tidak asal bicara. Ia mengajak seluruh pihak yang berkompeten (termasuk pemerintah) agar dapat segera menuntaskan masalah ini. “Kemarin ada pertemuan di Istora Senayan, 30 ribu buruh, petani, dan guru hadir. Mari kita selesaikan permasalahan mereka baik-baik dan bukan dengan mengembangkan masalah dan konfrontatif,” tegasnya.
Mantan Menko Perekonomian ini pun menawarkan gagasan bahwa harga komoditas pangan dapat menurun drastis yang menjadi salah satu persoalan saat ini, asalkan pemerintah mampu mengganti sistem kartel dan kuota dalam praktek impor. Dan ini, katanya, harus serius untuk dibicarakan lalu dilaksanakan.

“Harus ramai-ramai ke pemerintah untuk fokus ini, sistem kuota dan kartel dihapuskan, maka harga gula akan turun 80 persen, daging turun 100 persen,” kata Rizal di Hotel Manhattan, Jakarta, Selasa (22/10/2013). Seperti dikutip okezone.
Dengan menghapuskan sistem tersebut dan menggantikannya dengan sistem tarif, dia menilai akan mampu mempermudah para buruh menjalani hidupnya yang cukup berat saat ini. Dengan demikian, para buruh tidak akan melakukan aksi demo untuk memperjuangkan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP).

“Kadin akan bersikap merangkul seluruh komponen. Karena kalau suasana konfrontatif, akan meluas, kita akan duduk bersama. Harga makanan yang naik terlalu tinggi, transportasi publik tidak ada, makanya mereka meminta UMP naik,” pungkasnya.

Source: Link

Tidak ada komentar:

Posting Komentar