Mungkin saja individu di atas berhasil menjalankan rencananya. Dia bisa merasa menang. Tetapi, sesungguhnya dia tidak memiliki harga diri. Dia bahkan bukan organisme dalam dirinya sendiri, melainkan hanya sebuah skrup dalam sebuah mesin keberanian. Dia tidak pantas dihargai sama sekali. Dia sudah jadi hina dan nista.
Sebaliknya, seorang individu yang
memiliki keberanian jadi sangat berharga. Keberanian bahkan menentukan
kualitas seorang individu. Ini juga terasa masuk akal. Individu yang
berani selalu memiliki prinsip kebenaran universal, bukan kebenaran
kontekstual dan bukan pula kebenaran gerombolan. Tidak heran bila dia
tidak bisa dibengkokkan dan disogok. Dia pun tidak bisa dibujuk rayu
oleh janji-janji gombal.
Pilihan menjadi pengecut atau berani sepenuhnya terpulang pada diri kita sendiri. Tidak ada yang bisa memaksa kita harus menjadi berani atau pengecut. Tetapi, sejarah akan mencatat apa pun pilihan itu. Kalau sudah menjadi sejarah, banyak orang bisa membacanya dan mengetahui sifat kita. Maka, orang yang peduli dengan sejarah, biasanya, akan berpikir seribu kali untuk menjadi pengecut.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar