Kami bergabung dalam komite solidaritas pemogokan buruh untuk mendukung
aksi-aksi buruh PT. Bomar seperti protes, blokade atau sekedar berbagi
semangat di dinginnya malam atau teriknya siang hari. Dalam sela-sela
aksi protes, di bawah tenda posko pemogokan kami selalu menyempatkan
untuk berdiskusi, bertukar pikiran, atau melakukan wawancara dengan para
partisipan pemogokan.
Berikut adalah salah satu adalah
wawancara singkat yang kami lakukan dengan para buruh. Kali ini kami
mewawancarai Rahmatia, satu dari seorang buruh perempuan yang terlibat
dalam pemogokan ini. Rahmatia telah bekerja selama 7 tahun di PT. Bomar
dan sampai saat ini statusnya masih tetap buruh harian lepas. Kami
menemui perempuan berkerudung ini di tenda posko pemogokan. Ia bertutur
mengenai alasannya bergabung dalam pemogokan dan sedikit pandangan
mengenai gerakannya.
Apa yang membuat anda ikut dalam pemogokan ini ?
Karena yang di-PHK ini adalah pengurus kami di organisasi, merekalah yang telah membantu dan membela hak-hak buruh.
Banyak buruh yang tidak ikut mogok dan tetap bekerja. Apa tanggapan
anda dan mengapa mereka tidak ikut mogok? Bagaimana hubungan mereka
dengan kawan-kawan yang melakukan aksi?
Mungkin mereka tidak
ikut mogok karena takut di-PHK dan punya tanggungan yang harus dibiayai.
Perusahaan juga mengancam kalau mereka ikut mogok, atau kalau mereka
tidak datang kerja akan dituduh ikut sama teman di luar. Perusahaan juga
melarang mereka memberi bantuan. Tapi hubungannya tetap baik, masih
biasa komunikasi.
Apa anda tidak takut akan di-PHK bila ikut mogok?
Tidak berpikir lagi di PHK atau tidak, karena mogok atau tidak, perusahaan bisa PHK kita kapan saja semaunya dia.
Bagaimana kondisi saat ini selama pemogokan?
Yah, capek. Keuangan semakin menipis, tidak ada pemasukan untuk bayar
kos, atau transport sehari-hari dan bantu-bantu orang tua.
Apa yang sudah dilakukan Buruh selain pemogokan?
Kita sudah melakukan aksi di depan pabrik, sudah berapa kali. Ini
supaya perusahaan mau berunding, karena kalau kita diam-diam tidak akan
direspon. Tapi sampai sekarang perusahaan tidak mau menemui. Kita juga
menghalangi buruh lain masuk hanya supaya pihak perusahaan mau bertemu.
Mengapa buruh memilih melakukan perlawanan?
Ya, supaya perusahaan menjalankan hak-hak buruh. Karena upah tidak
cukup, apalagi seperti kita yang harian lepas yang dibayar per jam,
kadang cuma berapa jam kerja saja jadi cuma dapat 100 ribu perminggu.
Juga tidak ada jamsostek , cuti haid dan aturan-aturan lain.
Selain aksi di pabrik, aksi lain yang sudah dijalankan? Dan apa sudah ada hasilnya ?
Kita sudah aksi di DPR juga ke Disnaker, mereka sudah mendukung supaya
perusahaan memenuhi hak normatif buruh, tapi perusahaan tetap tidak mau
tanggapi.
Apa masih tetap percaya dengan instansi tersebut bisa selesaikan persoalan buruh?
Ya, percaya tidak percaya. Sudah berapa kali kesana tapi sudah 2 bulan ini tidak ada hasilnya.
Bagaimana jika harus menempuh jalur hukum (PHI) ?
Kita tidak mau, karena pasti akan lama. Bisa sampai 8 bulan selesainya,
itu susah kita jalankan. Ini dua bulan saja kita sudah capek. Kalau
ada, lebih baik jalan lain saja yang lebih cepat.
Menurut anda, siapa sebenarnya musuh buruh?
Yah, perusahaan. Karena perusahaan tidak adil dengan kita. Padahal
setiap tahun tambah maju. Dulu waktu masih awal pabriknya masih jelek
tidak seperti sekarang, sudah jadi elit.
Kira-kira kenapa perusahaan bisa jadi lebih elit?
Karena buruh yang kerja. Sekarang perusahaan jadi tambah besar,
mobilnya makin banyak, mesinnya tambah bagus. Dulu upah tidak naik-naik,
nanti setelah kita semua demo baru dia naikkan.
Menurut anda, kerja yang layak itu seperti apa?
Yah, hak normatif dijalankan, misalnya yang harian lepas jam kerja
cukup, upah juga. Ada cuti haid, tidak ditekan kerja. Kalau perusahaan
dapat untung, buruh bisa dapat ‘uang kaget’. Kalau sakit tidak berbelit
urus tanda tangan sana-sini. Kalau lembur, makanannya lebih enak, biasa
kita cuma dikasih kepala ikan, bisa dikasih nasi lalapan. Ada juga mobil
antar jemput. Yah seperti itu saja.
Bagaimana caranya supaya itu bisa terwujud?
Seperti ini mungkin, kita aksi. Supaya perusahaan mau penuhi. — di RUANG PEMIKIRAN TUK PEMBERONTAKAN....
Penulis: Indra Dado
Tidak ada komentar:
Posting Komentar