Mars FSPMI Kami buruh fspmi Berjuang di sini karena hati kami Bukan karena digaji atau ingin dipuji Kami berjuang karena hak asasi Kami buruh fspmi Siang malam tetap mengabdi Tak peduli hujan tak peduli panas Susah senang ya solidarity Reff: Di sini bukan tempat buruh malas Atau mereka yang biasa tidur pulas Di sini tempatnya para pejuang Yang berjuang dengan keikhlasan Lawan lawan lawan lawan lawan Lawan lawan lawan sampai menang Satu komando wujud kekompakan Sabar dan loyal itu kewajiban Sekuat mental baja sukarela berkorban Berjuang dalam satu barisan Solidarity forever Solidarity forever Solidarity forever For the union make us strong.

Jumat, 15 November 2013

Topeng Guy Fawkes, simbol perlawanan global



Perang dunia maya (cyberwar) yang belakangan ini diletupkan Anonymous Indonesia telah memunculkan simbol-simbol yang kurang awam bagi masyarakat luas. Misalnya saja, sebuah topeng putih dengan kumis melengkung dan jenggot satu garis.

Jika ditarik ke belakang, topeng yang sering dipakai untuk protes di jalan-jalan, seperti Occupy Wall Street di AS, itu memiliki sejarah yang panjang. Topeng itu sejatinya menggambarkan Guy Fawkes, anggota paling terkenal dari Plot Bubuk Mesiu (Gunpowder Plot), yang berupaya untuk meledakkan House of Lords (Parlemen Inggris) di London pada 5 November 1605.


Fawkes adalah seorang Katolik Roma totok yang memimpin plot tersebut. Fawkes bernafsu ingin meledakkan gedung parlemen, yang berisi King James I. Dia berang karena James I tidak bisa melindungi kaumnya dari sentimen anti-Katolik yang dikumandangkan mayoritas Protestan.

Namun, rencana Fawkes itu gagal. Bersama tiga rekannya Thomas Wintour, Ambrose Rookwood, and Robert Keyes , Fawkes akhirnya diseret untuk menjalani hukuman mati. Ketiga rekan Fawkes lebih dulu mati digantung dan dipotong.

Fawkes adalah orang terakhir yang berdiri di tiang gantungan. Sebelum dieksekusi, dia lebih meminta pengampunan dari raja dan negara. Namun, entah bagaimana dia akhirnya lolos dari eksekusi, meski tetap meregang nyawa.

Dari sisa tenaga yang ada, dia memilih mematahkan sendiri lehernya tanpa bantuan algojo. Tubuhnya kemudian dipotong-potong. Meski akhirnya mati, setidaknya Fawkes mati karena memilih untuk mati, bukan dieksekusi. Sebuah sikap yang dianggap kesatria.

Soal topeng Guy Fawkes dan kisah hidupnya memang tidak terkait langsung. Adalah novel grafis 'V for Vendetta' karya Alan Moore yang menjadi jembatannya. Di novel yang menggambarkan situasi politik Inggris tahun 1980-1990an itu, diceritakan seorang revolusioner yang menamakan dirinya 'V'.

V yang bekerja untuk menghancurkan pemerintahan totaliter Inggris, selalu memakai topeng. Topeng itu adalah penggambaran Guy Fawkes, yang kurang lebih memiliki misi hidup yang sama dengan V.

Sejak novel itu muncul, terlebih setelah difilmkan, topeng Guy Fawkes menjadi simbol perlawanan global bagi para aktivis untuk menentang ketidakadilan. Tak terkecuali dalam dunia maya, seperti yang dipakai Anonymous, sebutan kelompok aktivis atau 'hacktivist'.

Serangan peretas Indonesia kepada situs-situs pemerintahan Australia juga memakai simbol topeng Guy Fawkes. Terlebih serangan itu juga dilakukan pada November, bulan di mana rencana serangan Guy Fawkes ke parlemen Inggris dilancarkan, meski akhirnya gagal. (Dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar