Dalam berbagai kesempatan di media massa, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofyan Wanandi menyatakan upah buruh naik, tapi produktivitas buruh tidak mengalami peningkatan. Pernyataan Sofyan bertolak belakang dengan data Badan Pusat Statistik yang justru menyebutkan produktivitas buruh meningkat pesat, sementara upah ril cenderung tetap.
Dilansir dari situs bps.go.id, produktivitas tenaga kerja Indonesia selama tahun 2007 sampai 2010 dinyatakan naik sebesar 46,67 persen. Di sisi lain, upah ril tenaga kerja Indonesia pada masa yang sama hanya naik 8,81 persen.
Gelombang tuntutan kenaikan upah yang berlangsung sejak tahun 2012 mampu meningkatkan upah hingga 30-40% adalah masih terbilang wajar.
Penelitian lain yang dilakukan oleh kalangan buruh di Bekasi justru mengungkapkan upah tidak mengalami kenaikan secara ril. Daya beli buruh justru menurun sebesar 58% dalam 16 tahun terakhir. Di Bekasi, upah 15 tahun yang lalu sebesar Rp172 ribu mampu membeli 58% barang lebih banyak ketimbang upah Rp2 juta yang sekarang.
Hasil riset Indeks Dinamika Global Grant Thornton 2013 menyebutkan Indonesia menjadi Negara ke-4 dunia dengan modal tenaga kerja dan sumber daya manusia terbaik serta menduduki ranking ke-10 pertumbuhan dan ekonomi. Jumlah penduduknya 230 juta terbesar keempat di dunia.
Presiden Direktur PT INTI, Irfan Setiaputra pernah mengatakan pada TribunNews bahwa produktivitas tenaga kerja Indonesia yang sering disebut rendah tidak terbukti sepenuhnya. Contohnya, 75 pekerja pabrik rakitan ponsel IMO di PT INTI mampu memproduksi 100 ponsel per jam.
Di sisi lain, World Economic Forum (WEF) merilis data kualitas sumber daya manusia dan taraf kesehatan manusia Indonesia yang masih rendah. Indonesia berada di urutan ke 53, lebih rendah daripada Thailand yang berada di urutan ke 44. Sementara Malaysia di posisi peringkat ke 22.
Hasil ini tentu berhubungan dengan buruknya sistem jaminan sosial nasional dan tingkat upah yang masih rendah.
Source : Link
Tidak ada komentar:
Posting Komentar