Ingat-ingatlah Selalu Hari Dimana Kita Berdiri dan Menolak Tunduk. Ingat-Ingatlah Hari Dimana Kita Perjuangkan Hak-Hak Kita.
Ingat-Ingatlah Selalu 1 Mei 1886!Apa yang kita ketahui tentang 1 Mei? Apa yang kita ketahui tentang hari buruh? Bagi mereka yang hidup di Orde Baru, hari buruh adalah sesuatu yang tabu. Hari buruh diidentikkan oleh penguasa dengan paham komunisme. Kita tahu betapa ‘keramat’ betul kata komunis kala itu. Siapapun yang terlabeli kata ‘komunis’ siap-siap saja berurusan dengan aparat. Tak peduli apakah mereka itu dosen, mahasiswa, aktifis HAM, petani, kuli bangunan, atau buruh pabrik yang sekedar minta kenaikan gaji. Baiknya kita camkan dalam-dalam di ingatan kita pada Marsinah dan kawan-kawan Kontras. ‘Komunis’ seakan menjadi label layak bunuh. Dan itu sudah menjadi dalih yang cukup bagi fasis Indonesia, untuk memberangus semua gerakan kaum pekerja. Kini orde baru sudah runtuh, namun keadilan masih banyak yang belum ditegakkan. Karenanya sudah tugas kaum muda untuk meluruskan fakta. Dan tugas kaum muda pula, untuk ikut dalam perjuangan melawan lupa dan distorsi sejarah.
Tak cukup bagi kita untuk sekedar mengamini bahwa hari buruh ditetapkan pada 1 Mei. Untuk mengerti sejarah perjuangan buruh, kita harus mengerti asal mulanya. Kita harus belajar pada sejarah. Kita harus menoleh pada 122 tahun yang lalu. Pada apa yang terjadi di tahun 1886 di Chicago, Illinois.
MUASAL HARI BURUH
Tahun 1886. Saat itu adalah masa yang kelam bagi para
buruh. Hampir semua buruh bekerja selama 12 hingga 16 jam sehari. Coba
hitung berapa jam yang mereka miliki untuk istirahat dan untuk dirinya
sendiri? Dengan 12 hingga 16 jam kerja, posisi buruh sudah diujung
tanduk. Bagi kaum buruh seakan-akan hidup adalah untuk bekerja, bukan
lagi bekerja untuk hidup. Dan sementara buruh diperas seperti kain pel,
kaum kapitalis malah berleha-leha dan menghitung laba. Karenanya
kesewenang-wenangan ini harus ditumpas.
Kaum buruh kemudian bersatu menuntut keadilan. Ratusan ribu buruh bersatu dalam berbagai serikat buruh. Salah satunya adalah Knights of Labor.
Mereka mengorganisir diri mereka untuk melakukan aksi demonstrasi.
Tuntutan yang diajukan adalah pengurangan jam kerja menjadi 8 jam
sehari. Sehingga dalam sehari ada 8 jam kerja, 8 jam istirahat, dan 8
jam untuk tidur.
Aksi yang berlangsung sejak April 1886 ini, awalnya
didukung sekitar 250 buruh. Dalam dua minggu jumlah pendukung bertambah
menjadi 350 buruh. Di jantung pergerakan, Chicago, aksi ini diikuti 90
ribu buruh. Sementara New York mengikuti dengan 10 ribu buruh. Disusul
dengan Detroit yang mendukung dengan 11 ribu buruh. Aksi ini menular
dengan cepat ke negara bagian lain. Di Louisville dan Baltimore aksi ini
bahkan menyatukan buruh kulit putih dan kulit hitam. Aksi terus
menjalar dari Maine ke Texas dan dari New Jersey ke Alabama. Hingga 1
Mei 1886, aksi ini telah menarik setengah juta buruh di Amerika.
1 Mei 1886 menandai puncak dari perjuangan kaum
buruh. Sebanyak 350 ribu buruh yang dinaungi Federasi Buruh Amerika,
melakukan pemogokan di banyak tempat. Semua buruh turun ke jalan. Baik
laki-laki maupun perempuan. Baik buruh tua maupun buruh muda. Baik
penetap maupun migran. Baik kulit putih maupun kulit hitam. Bahkan istri
dan anak-anak dari kaum buruh turut serta. Semua bersatu meneriakkan
tuntutan universal ‘8 jam sehari.’
Satu orang buruh hanyalah semut yang lemah dan
berdaya. Satu serikat buruh mungkin hanya ‘jari kelingking’ yang tak
bisa menyingkirkan beban derita. Buruh bukanlah kekuatan yang patut
diperhitungkan saat mereka kecil dan tercerai-berai. Namun saat mereka
bersatu, seperti pada di 1 Mei 1886. Buruh adalah satu kepalan tangan
besar yang kokoh nan menakutkan. Maka takutlah kelas Borjuis dan
paniklah kaum kapitalis.
TANGAN KAPITALIS MENUNTUN PISTOL POLISI
Reaksi ekstrim muncul dari kalangan pengusaha dan
pejabat pemerintahan setempat saat itu. Suatu taktik klise menghadapi
‘terorisme tingkat negara bagian’ disiapkan oleh kaum birokrat, untuk
menumpas tuntutan 8 jam kerja ini. Melalui Chicago’s Commercial Club,
dana sekitar US$ 2.000 digelontorkan untuk memborong peralatan senjata
mesin guna menghadapi demonstrasi. Pada 3 Mei 1886, polisi dikirim ke
Pabrik McCorwick untuk ‘membereskan’ pemogokan pekerja. Polisi
dengan membabi buta menembaki demonstran yang berhamburan. Empat orang
tewas dan tak terhitung buruh yang terluka. Kejadian ini menimbulkan
amarah bagi kaum buruh.
Sejatinya, polisi juga adalah buruh.
Namun mereka diperalat oleh atasan-atasan mereka. Para atasan yang korup
itu, tentu saja menerima ‘pesanan’ dari kaum kapitalis dan birokrat
kotor. Sementara para polisi rendahan melakukan tugas kotor mereka.
Sementara para polisi rendahan mengkhianati dan menghabisi saudara
mereka sendiri. Para atasan polisi yang buncit perutnya itu, duduk-duduk
di kantor mereka yang aman dan nyaman.
Dua anggota aktif Knights of Labor, Albert
Parsons dan August Spies, menyeru buruh agar mempersenjatai diri dan
mengikuti aksi pada 4 Mei 1886. Aksi ini berlangsung di bundaran
Haymarket. Kaum buruh dengan skala lebih besar, melakukan pemogokan dan
memprotes kebiadaban polisi.
Semula aksi berjalan dengan damai. Keputusan untuk
mempersenjatai buruh hanyalah untuk melindungi diri semata. Cuaca buruk
telah membuat banyak partisipan berkurang. Berbagai kelompok telah
membubarkan diri dan menyisakan sekitar ratusan orang. Saat itulah 180
polisi datang meminta agar aksi dihentikan. Ketika pembicara terakhir
hendak turun podium, menuruti permintaan polisi, sebuah bom meledak di
barisan polisi. Satu orang polisi mati seketika, enam kemudian, dan 70
lainnya luka-luka. Polisi langsung merespon dengan menembaki kerumunan
demonstran yang masih tersisa.
Hingga kini tak ada yang tahu siapa sesungguhnya
pelempar bom itu. Namun sudah menjadi rahasia umum bagi kita,
antek-antek penguasa kerap menggunakan taktik licik melalui tangan
provokator. Mereka menggunakannya sebagai pemantik api, sebagai suatu
pelegalan atas ‘serangan balik’ mereka. Tentu kita tak lupa konspirasi
dibalik Pearl Harbor, Tragedi WTC, dan yang lebih dekat dengan kita,
Tragedi Semanggi. Hal itu pula yang terjadi di Tragedi Haymarket. Media
Massa dan politisi Borjuis bersatu menuduh bahwa itu ulah dari kaum
sosialis. Setiap tempat pertemuan, setiap kantor serikat buruh, setiap
tempat percetakan brosur, bahkan hingga rumah pribadi para anggotanya,
diserbu oleh kepolisian.
Tanpa bukti yang jelas, setiap tokoh sosialis
dan anarkis ditangkap. Bahkan tak sedikit buruh yang tak tahu menahu apa
itu sosialisme, turut ditangkap dan disiksa. Jaksa Agung tingkat negara
bagian, Julius Grinnel bahkan menyeru “Tangkap dulu, dasar hukumnya
menyusul!”
Pengadilan korup yang dikendalikan kaum borjuis
Chicago, berhasil menyeret delapan aktivis. August Spies, Robert
Parsons, Adolph Fischer, George Engel, Fielden, Michael Schwab, Louis
Lingg, dan Oscar Neebe. Kesemuanya divonis mati meski tanpa bukti yang
jelas. 11 November Louis Lingg bunuh diri dalam sel sementara sisanya
dihukum gantung.
250 ribu simpatisan berkumpul dalam pemakaman. Kaum
buruh kecewa terhadap pengadilan AS yang korup. Demonstrasi menuntut
keadilan terus berlanjut. Juni 1893, Gubernur Altgeld membebaskan sisa
tahanan insiden Haymarket. “mereka yang telah dibebaskan, bukanlah karena mereka telah diampuni, melainkan karena mereka sama sekali tidak bersalah.”
Ia lalu meneruskan setiap buruh, baik yang mati di tiang gantungan
maupun yang dibebaskan, adalah korban ‘hakim-hakim yang disuap.’
Bagi aktivis pergerakan kaum buruh dan kaum
revolusioner, tragedi itu lebih dari drama ‘Tuntutan Delapan jam
sehari.’ Melainkan merupakan babak perjuangan menuju dunia yang lebih
baik. Dunia dimana tidak ada eksploitasi dan penindasan. Karenanya
Kongres Sosialis Dunia di Paris 1889, menetapkan 1 Mei sebagai hari
buruh. Hari untuk menghormati para martir yang mati karena
memperjuangkan kaum buruh. Dan sejak itu warna merah dipakai dan
dikibarkan untuk menghormati tumpah darah buruh. Untuk menghormati
perjuangan menghapuskan penindasan.
***
Hari ini kita ketahui bahwa banyak pihak, baik
birokrat dan politisi, pemimpin ekonomi, maupun media massa,
menyembunyikan sejarah dan fakta tentang muasal hari Buruh. Dengan
tujuan menghapus sejarah, Amerika Serikat mengganti 1 Mei dengan hari
Hukum dan memindahkan hari Buruh ke Minggu pertama September. Begitu
pula dengan Indonesia masa Orde Baru. Perayaan hari Buruh masuk kategori
kegiatan suversif. Pada masa reformasi, perayaan hari buruh juga telah
dihapus melalui UU nomer 13 tahun 2003.
Meski 8 jam sehari sudah dijadikan standar perburuhan internasional oleh International Labor Organization
(ILO) melalui Konvensi ILO no. 01 tahun 1919 dan Konvensi no. 47 tahun
1935. Hingga kini baru ada 14 negara yang menandatangani persetujuan
tersebut. Serikat-serikat buruh di negara maju mungkin berhasil
memperjuangkan buruh di negaranya. Namun di belahan lain di dunia ini,
terutama di negara-negara dunia ketiga. Perbudakan atas nama industri
masih berlangsung. Melalui globalisasi, tangan-tangan kapitalis makin
leluasa mengkploitasi manusia. Di Afrika anak-anak dipaksa bekerja
memproduksi coklat untuk konsumsi dunia. Coklat yang sering dimakan para
pemuja valentine. Di China, kaum buruh masih bekerja dengan upah murah
untuk memproduksi waralaba asing. Dan jangan lupa tentang
kesewenang-wenangan perusahan sepatu Nike pada buruh Indonesia.
Ketidakadilan masih ada dimana-mana. Tak terkecuali
di Indonesia. Sumber daya alam kita dijarah. Buruh kita dieksploitasi
lewat sistem kontrak kerja lepas. Pekerja kita diluar negeri dihinakan.
Pedagang kaki lima digusur disana-sini. Pembangunan hampir tak pernah
berpihak pada rakyat. Golongan tua yang menduduki kekuasaan hanya bisa
bungkam, wartawan-wartawan umum (dari golongan wartawan bodreks dan
amplopan) tak sedikit yang disumpal atau menyumpal mulutnya sendiri.
Wakil-wakil rakyat tak lagi jadi pelayan rakyat. Mereka hanya lantang
bila membela kepentingan kapitalis, khususnya Amerika.
Wahai kaum muda
Indonesia! Jangan mau terlena oleh hingar-bingar dunia! Jangan mau
dibius kehidupan duniawi semata! Hidup ini bukan kesenangan semata.
Kuliah ini bukan hanya untuk cari ijazah. Bila kalian lulus nanti jangan
melamar dan mengabdi pada pemeras rakyat! Pada Freeport, pada Exxon
Mobile, dan pada pemerah manusia lainnya! Setiap kaum terdidik adalah
pengabdi bagi rakyatnya! Teruskan perjuangan August Spies, Robert
Parsons, Adolph Fischer, George Engel, Fielden, Michael Schwab, Louis
Lingg, dan Oscar Neebe! Teruskan perjuangan untuk menghancurkan
kapitalisme, imperialisme, tirani, dan sisa-sisa feodal!
Ingat-Ingatlah Selalu 1 Mei 1886!Source: Link
Kunjungi Situs Kami
BalasHapusUntuk Permainan Casino Terbaaik Hanya Bersama Kami
Casino Online
Slot
bandar casino
rolet
Berikut game yang ada di dalam istanagoal:
1. Casino Live
2. Sportsbook (bola)
3. Card Games (poker)
4. Tangkas
5. KENO BALL
6. Berbagai Game slot machine
7. TOGEL
8. FOREX
Berikut bonus yang akan di berikan
- Bonus Deposit 10% Khusus New Member
- Bonus Harian Deposit 5 %
- Bonus Referral up to 3% ( togel )
- Bonus Rolinggan up to 0.8% ( Casino )
- Bonus CashBack up to 15% (Tangkas )
- Bonus Cashback up to 15% (Sportbook)
- Bonus Referal up to 2% (Sportbook)
Untuk info lebih lanjut bisa hubungi kami:
CONTACT INFO :
WWW.ISTANAJUARA.COM
WHATSAPP : +855967043548
FB : Istana Goal