Mars FSPMI Kami buruh fspmi Berjuang di sini karena hati kami Bukan karena digaji atau ingin dipuji Kami berjuang karena hak asasi Kami buruh fspmi Siang malam tetap mengabdi Tak peduli hujan tak peduli panas Susah senang ya solidarity Reff: Di sini bukan tempat buruh malas Atau mereka yang biasa tidur pulas Di sini tempatnya para pejuang Yang berjuang dengan keikhlasan Lawan lawan lawan lawan lawan Lawan lawan lawan sampai menang Satu komando wujud kekompakan Sabar dan loyal itu kewajiban Sekuat mental baja sukarela berkorban Berjuang dalam satu barisan Solidarity forever Solidarity forever Solidarity forever For the union make us strong.

Selasa, 13 November 2012

7 Alasan Buruh Tidak Aktif Dalam Serikat Pekerja



1. Banyaknya Penitip Nasib

Apakah keberhasilan dari perjuangan serikat pekerja hanya dinikmati oleh mereka yang berjuang? Jika pada akhirnya semua menikmati, lalu mengapa harus capek-capek ikut berjuang? Pemikiran sesat seperti ini seringkali hinggap di benak banyak orang. Sadarkah mereka, jika partisipasi terhadap gerakan bisa dimaksimalkan, maka cita-cita perjuangan akan lebih cepat bisa diwujudkan?

2. Tidak Mau Beranjak dari Zona Nyaman

Seberapa banyak buruh yang tingkat kesejahteraan di perusahaannya sudah setingkat lebih baik, seringkali partisipasinya terhadap gerakan melemah? Mereka yang merasa sudah mendapatkan segalanya, lalu merasa tidak lagi perlu terlibat dalam gerakan perubahan apapun? Sadarlah kawan, tidak ada jaminan, bahwa apa yang kalian nikmati hari ini akan tetap kalian nikmati nanti.

3. Usia yang Semakin Menua

Buruh yang sudah tua dan mendekati masa pensiun dalam beberapa tahun kedepan – dan ini jumlahnya relatif banyak – jarang ada yang bersedia untuk ikut dalam pendidikan serikat pekerja. Mereka beranggapan pendidikan seperti ini tidak penting lagi. Hanya buang-buang waktu. Hal ini diperparah dengan minimnya SDM pendidik dalam serikat buruh yang memahami dan mampu mengimplementasikan konsep pendidikan orang dewasa.

4. Malas

Rasa malas hadir, saat kita tidak memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan suatu kegiatan. Saat kita tidak bisa melihat, besarnya manfaat yang akan kita dapatkan.

5. Kesibukan

Berapa banyak buruh yang memilih lembur ketimbang belajar? Seberapa banyak lagi yang memilih usaha sampingan ketimbang datang dalam kegiatan yang diselenggarakan serikat pekerja? Lembur, terkadang menjadi solusi instan untuk menyelesaikan permasalahan akan kecilnya penghasilan. Tetapi itu bukan solusi yang paripurna. Tidak adakah keinginan dari mereka untuk membuat perubahan yang mendasar dan menyeluruh?

6. Biaya

Uang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya membutuhkan uang. Tak jarang kegiatan pendidikan urung dilakukan hanya karena permasalahan klasik: tidak tersedia anggaran. Bukankah pendidikan serikat pekerja tidak harus dilakukan di hotel berbintang? Di bawah langit dengan disaksikan ribuan bintang dan rembulan pun bisa dilakukan, bukan?

7. Keluarga

Pada satu sisi, keluarga juga bisa menjadi penghambat. Berapa banyak suami yang dilarang istrinya ikut kegiatan yang diselenggarakan serikat pekerja? Berapa banyak suami yang melarang istrinya untuk aktif dalam organisasi? Alangkah lebih indahnya, jika dalam keluarga tumbuh budaya untuk saling menguatkan. Memberikan dukungan, satu sama lain, untuk terus tumbuh dan berkembang. Bukan lantas menyandera pasangannya, di rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar