7 Alasan Buruh Tidak Aktif Dalam Serikat Pekerja
1. Banyaknya Penitip Nasib
Apakah  keberhasilan dari perjuangan serikat pekerja hanya dinikmati 
oleh  mereka yang berjuang? Jika pada akhirnya semua menikmati, lalu 
mengapa  harus capek-capek ikut berjuang? Pemikiran sesat seperti ini 
seringkali  hinggap di benak banyak orang. Sadarkah mereka, jika 
partisipasi  terhadap gerakan bisa dimaksimalkan, maka cita-cita 
perjuangan akan  lebih cepat bisa diwujudkan?
2. Tidak Mau Beranjak dari Zona Nyaman
Seberapa  banyak buruh yang tingkat kesejahteraan di perusahaannya 
sudah  setingkat lebih baik, seringkali partisipasinya terhadap gerakan 
 melemah? Mereka yang merasa sudah mendapatkan segalanya, lalu merasa  
tidak lagi perlu terlibat dalam gerakan perubahan apapun? Sadarlah  
kawan, tidak ada jaminan, bahwa apa yang kalian nikmati hari ini akan  
tetap kalian nikmati nanti.
3. Usia yang Semakin Menua
Buruh  yang sudah tua dan mendekati masa pensiun dalam beberapa tahun
 kedepan –  dan ini jumlahnya relatif banyak – jarang ada yang bersedia 
untuk ikut  dalam pendidikan serikat pekerja. Mereka beranggapan 
pendidikan seperti  ini tidak penting lagi. Hanya buang-buang waktu. Hal
 ini diperparah  dengan minimnya SDM pendidik dalam serikat buruh yang 
memahami dan mampu  mengimplementasikan konsep pendidikan orang dewasa.
4. Malas
Rasa  malas hadir, saat kita tidak memiliki motivasi yang kuat untuk 
 melakukan suatu kegiatan. Saat kita tidak bisa melihat, besarnya 
manfaat  yang akan kita dapatkan.
5. Kesibukan
Berapa  banyak buruh yang memilih lembur ketimbang belajar? Seberapa 
banyak  lagi yang memilih usaha sampingan ketimbang datang dalam 
kegiatan yang  diselenggarakan serikat pekerja? Lembur, terkadang 
menjadi solusi instan  untuk menyelesaikan permasalahan akan kecilnya 
penghasilan. Tetapi itu  bukan solusi yang paripurna. Tidak adakah 
keinginan dari mereka untuk  membuat perubahan yang mendasar dan 
menyeluruh?
6. Biaya
Uang  bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya membutuhkan uang. 
Tak  jarang kegiatan pendidikan urung dilakukan hanya karena 
permasalahan  klasik: tidak tersedia anggaran. Bukankah pendidikan 
serikat pekerja  tidak harus dilakukan di hotel berbintang? Di bawah 
langit dengan  disaksikan ribuan bintang dan rembulan pun bisa 
dilakukan, bukan?
7. Keluarga
Pada  satu sisi, keluarga juga bisa menjadi penghambat. Berapa banyak
 suami  yang dilarang istrinya ikut kegiatan yang diselenggarakan 
serikat  pekerja? Berapa banyak suami yang melarang istrinya untuk aktif
 dalam  organisasi? Alangkah lebih indahnya, jika dalam keluarga tumbuh 
budaya  untuk saling menguatkan. Memberikan dukungan, satu sama lain, 
untuk  terus tumbuh dan berkembang. Bukan lantas menyandera pasangannya,
 di  rumah.
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar