Untuk Apa Bersolidaritas?
Mengapa harus ikut-ikutan bersolidaritas jika di pabrik sendiri saja 
belum sejahtera. Jika pelanggaran normatif masih tetap saja ada. 
Bukankah akan lebih baik jika kita fokus pada permasalahan di pabrik 
sendiri? Jangan terlalu banyak memikirkan pabrik orang, sehingga disini 
tak kunjung terselesaikan. Terbengkalai.
Mengapa harus ikut-ikutan bersolidaritas jika perundingan kenaikan gaji di pabrik sendiri belum terselesaikan. Ikut-ikutan aksi dan berlagak sok pahlawan, tapi diri sendiri menjadi bulan-bulanan majikan. Bukankah akan lebih baik jika kita fokus pada keberhasilan sendiri. Jangan terlalu banyak aksi diluar, di dalam pun masih berantakan.

Seringkali, setiap kali mendengar kalimat-kalimat itu, saya hanya 
tersenyum. 
Senyum yang getir. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka, 
sehingga menjadi egois dan hanya mementingkan sendiri. 
Kalimat, yang 
menurut saya, hanya akan menunjukkan kebodohannya sendiri.
Saya
 tahu. Engkau pun tahu. Saat kita memutuskan untuk bergabung dalam 
sebuah gerakan serikat pekerja, sejak saat itu kita menanggalkan semua 
hal yang berbau egoisme pribadi. 
Serikat pekerja adalah kolektivitas. 
Serikat pekerja adalah untuk menyatukan kepentingan seluruh pekerja. 
Disana, kepentingan diri sendiri melebur menjadi kepentingan yang lebih 
besar. Kepentingan bersama.
Menjadi anggota serikat pekerja adalah kerelaan untuk berjuang 
bersama. Untuk bersolidaritas. Jika bukan karena itu, apa pentingnya 
lagi berserikat?
Kembali pada pernyataan di atas: buat apa bersolidaritas jika diri 
sendiri masih dirundung masalah? Buat saya, itu tidak hanya salah. 
Tetapi juga, sikap seorang pecundang. Apalagi jika ternyata, kebanyakan 
dari orang-orang seperti ini hanya bertipikal NATO (Not Action Talk Only), alias omong doang. Tidak melakukan apapun, bahkan untuk membantu dirinya sendiri keluar dari permasalahan yang mendera.
Bukankah semakin besar masalah yang kita hadapi, semakin besar pula 
solidaritas yang kita butuhkan. Ketika kita menyadari di tempat kita 
bekerja, masih banyak hal yang harus diperbaiki, maka kebutuhan akan 
berorganisasi – termasuk didalamnya bersolidaritas – menjadi semakin 
besar.
Bukankah ketika kita membantu orang lain, sejatinya kita juga 
membantu diri sendiri? Bukankah telah kita sadari, kita yang ada disini 
adalah satu untuk semua, dan semua untuk satu. 
Bukakah sudah banyak 
pelajaran yang bisa kita petik, kebersamaan selalu memudahkan kita untuk
 menggapai kemenangan?
Lupakah kita, jika sejatinya, sebagai manusia, kita ini adalah 
makhluk sosial. 
Sebuah sifat/karakter yang mengedepankan satu rasa 
kebersamaan, yang mementingkan kehidupan yang baik untuk orang lain, 
untuk komunitas yang lebih besar, yang mengedepankan kepentingan 
bersama, dan yang paling penting: tidak mengutamakan ego/kepentingan 
diri sendiri.
Dan bukankah bercerai berai adalah keinginan musuh-musuh kita? Mereka
 takut dengan persatuan kita, dan menggunakan berbagai cara untuk 
menghancurkannya. Lalu mengapa justru kita sendiri yang takut menadi 
besar. Menjadi lebih kuat.
Cobalah untuk keluar dari tembok pabrik. Lihatlah apa yang terjadi 
diluar sana. Semua memiliki permsalahan yang sama. Mengapa kesamaan itu 
tidak menjadikan diri kita menjadi lebih peduli satu dengan yang lain, 
dan kemudian bersama-sama pula mengatasi setiap permasalahan yang ada?
Semoga menginspirasi….
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar