Mars FSPMI Kami buruh fspmi Berjuang di sini karena hati kami Bukan karena digaji atau ingin dipuji Kami berjuang karena hak asasi Kami buruh fspmi Siang malam tetap mengabdi Tak peduli hujan tak peduli panas Susah senang ya solidarity Reff: Di sini bukan tempat buruh malas Atau mereka yang biasa tidur pulas Di sini tempatnya para pejuang Yang berjuang dengan keikhlasan Lawan lawan lawan lawan lawan Lawan lawan lawan sampai menang Satu komando wujud kekompakan Sabar dan loyal itu kewajiban Sekuat mental baja sukarela berkorban Berjuang dalam satu barisan Solidarity forever Solidarity forever Solidarity forever For the union make us strong.

Senin, 22 Oktober 2012

Untuk Apa Bersolidaritas? 

Mengapa harus ikut-ikutan bersolidaritas jika di pabrik sendiri saja belum sejahtera. Jika pelanggaran normatif masih tetap saja ada. Bukankah akan lebih baik jika kita fokus pada permasalahan di pabrik sendiri? Jangan terlalu banyak memikirkan pabrik orang, sehingga disini tak kunjung terselesaikan. Terbengkalai.

Mengapa harus ikut-ikutan bersolidaritas jika perundingan kenaikan gaji di pabrik sendiri belum terselesaikan. Ikut-ikutan aksi dan berlagak sok pahlawan, tapi diri sendiri menjadi bulan-bulanan majikan. Bukankah akan lebih baik jika kita fokus pada keberhasilan sendiri. Jangan terlalu banyak aksi diluar, di dalam pun masih berantakan.
Seringkali, setiap kali mendengar kalimat-kalimat itu, saya hanya tersenyum. 

Senyum yang getir. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka, sehingga menjadi egois dan hanya mementingkan sendiri. 

Kalimat, yang menurut saya, hanya akan menunjukkan kebodohannya sendiri.

Saya tahu. Engkau pun tahu. Saat kita memutuskan untuk bergabung dalam sebuah gerakan serikat pekerja, sejak saat itu kita menanggalkan semua hal yang berbau egoisme pribadi. 

Serikat pekerja adalah kolektivitas. Serikat pekerja adalah untuk menyatukan kepentingan seluruh pekerja. Disana, kepentingan diri sendiri melebur menjadi kepentingan yang lebih besar. Kepentingan bersama.

Menjadi anggota serikat pekerja adalah kerelaan untuk berjuang bersama. Untuk bersolidaritas. Jika bukan karena itu, apa pentingnya lagi berserikat?

Kembali pada pernyataan di atas: buat apa bersolidaritas jika diri sendiri masih dirundung masalah? Buat saya, itu tidak hanya salah. Tetapi juga, sikap seorang pecundang. Apalagi jika ternyata, kebanyakan dari orang-orang seperti ini hanya bertipikal NATO (Not Action Talk Only), alias omong doang. Tidak melakukan apapun, bahkan untuk membantu dirinya sendiri keluar dari permasalahan yang mendera.

Bukankah semakin besar masalah yang kita hadapi, semakin besar pula solidaritas yang kita butuhkan. Ketika kita menyadari di tempat kita bekerja, masih banyak hal yang harus diperbaiki, maka kebutuhan akan berorganisasi – termasuk didalamnya bersolidaritas – menjadi semakin besar.

Bukankah ketika kita membantu orang lain, sejatinya kita juga membantu diri sendiri? Bukankah telah kita sadari, kita yang ada disini adalah satu untuk semua, dan semua untuk satu. 

Bukakah sudah banyak pelajaran yang bisa kita petik, kebersamaan selalu memudahkan kita untuk menggapai kemenangan?

Lupakah kita, jika sejatinya, sebagai manusia, kita ini adalah makhluk sosial. 

Sebuah sifat/karakter yang mengedepankan satu rasa kebersamaan, yang mementingkan kehidupan yang baik untuk orang lain, untuk komunitas yang lebih besar, yang mengedepankan kepentingan bersama, dan yang paling penting: tidak mengutamakan ego/kepentingan diri sendiri.

Dan bukankah bercerai berai adalah keinginan musuh-musuh kita? Mereka takut dengan persatuan kita, dan menggunakan berbagai cara untuk menghancurkannya. Lalu mengapa justru kita sendiri yang takut menadi besar. Menjadi lebih kuat.

Cobalah untuk keluar dari tembok pabrik. Lihatlah apa yang terjadi diluar sana. Semua memiliki permsalahan yang sama. Mengapa kesamaan itu tidak menjadikan diri kita menjadi lebih peduli satu dengan yang lain, dan kemudian bersama-sama pula mengatasi setiap permasalahan yang ada?

Semoga menginspirasi….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar