Sekjen ITUC Siap Kejar Menakertrans Di Kamboja
Konfederasi serikat buruh terbesar di dunia, International Trade 
Union Confederation, mengkritik kondisi buruh di Indonesia yang 
berbanding terbalik dengan posisi Indonesia sebagai anggota G20. Upah 
buruh Indonesia hanya sepertiga dari buruh Thailand. Terlalu…!!!
“Padahal Indonesia adalah bagian dari G20,” ujar Sekretaris Jenderal
 ITUC, Sharan  Burrow, dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, sejumlah buruh di Indonesia kerap mengalami intimidasi 
oleh pihak perusahaan (corporate bullying). Bahkan ada yang hingga 
melibatkan militer.
“Buruh dibayar dengan upah rendah dan tidak ada jaminan yang layak. Saya sangat shock mendengar semua laporan ini,” kata Burrow.
Burrow berjanji akan membawa masalah ini kepada Menakertrans 
Muhaimin Iskandar pada pertemuan buruh di Guadalajara, Meksiko.
“Hari ini saya tidak bisa bertemu karena beliau sedang berada di 
Kamboja. Semoga saya  bisa bertemu beliau minggu depan di Meksiko,  
akan saya sampaikan masalah ini,” ujarnya.
Sebagai negara dengan pendapatan tertinggi ke-17 dan pertumbuhan 
ekonomi di atas 6 persen,  lanjut Burrow, seharusnya buruh di Indonesia
 diperlakukan lebih manusiawi.
Menanggapi hal ini, anggota Komisi IX DPR Rieke Diyah Pitaloka 
justru khawatir nasib para buruh menjelang pemberlakuan pasar bebas. 
Kondisi ini hanya menguntungkan pemilik modal, namun memiskinkan para 
buruh.
“Lama-lama Indonesia menjadi pasar barang impor,” ujar anggota DPR Fraksi PDIP ini.
Si Oneng, sapaan Rieke, juga mendesak pemerintah untuk menciptakan 
lapangan pekerjaan seluas-luasnya sehingga tidak ada lagi pengiriman 
buruh migran ke luar negeri. 
“Itu bukan solusi masalah ketiadaan 
pekerjaan di dalam negeri,” kata Rieke.
IUTC berada di Indonesia untuk merilis laporan baru perkembangan 
Green and Decen Job sekaligus mengadakan penyelidikan pelanggaran hak
 buruh-buruh di Indonesia. 
Source: Harian Rakyat Merdeka
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar