Gerakan Buruh dalam Pusaran kepentingan Ekonomi & Politik
Pengantar
Catatan sejarah memperlihatkan kepada kita, bahwa bangsa yang kaya raya
ini selalu menjadi perhatian para penjajah dunia untuk mencari
barang-barang komoditas yang laku di perdagangan international, mulai
dari komoditi rempah-rempah yang menjadi rebutan portugal, spanyol dan
(VOC ) Belanda di abad XV, kemudian komoditi teh, karet, kelapa sawit,
dimana rakyat Indonesia diambil alih lahannya dan dipaksa menanam
tumbuhan-tumbuhan yang menjadi komoditi international.
Hingga
saat ini, Indonesia dengan kekayaan emas, gas, minyak dan batubara
menjadi incaran setiap perusahaan penjajah. Perusahaan-perusahaan besar
secara langsung ataupun mengunakan tangan pemerintah telah merampas hak
kesejahteraan buruh dan rakyat selama bertahun-tahun.
Dari
rentetan perjalanan panjang tersebut, nasib buruh Indonesia sangat miris
nasibnya, apalagi era kerja rodi dan romusha di era penjajahan Jepang.
Gerakan buruh Indonesia baru muncul awal abad 20. Dan Kita pahami
sekarang, bahwa hingga kini nasib buruh Indonesia masih jauh dari
kesejahteraan. Upah buruh Indonesia jauh lebih rendah dibanding
negara-negara ASEAN apalagi Hongkong, Korea Selatan dan Jepang, apalagi
negara Eropa.
Selain upah rendah, kualitas jaminan sosial
Indonesia masih sangat minim kualitasnya, Belum mengcover jaminan
kesehatan seumur hidup, jaminan pendidikan, jaminan perumahan, jaminan
pengangguran. Selain itu, pemerintah belum memberikan jaminan kepastian
kerja, pemerintah masih mementingkan kepentingan pengusaha dengan
menjalankan kebijakan Flexibility labor market (pasar kerja flexibel)
dan cuek terhadap nasib buruh yang ter PHK. Negara hanya berfungsi
sebagai administrasi saja dari kepentingan korporasi internasional dan
mafia lokal.
Untuk memahami, mengapa bagaimana suatu negara
menjalankan kebijakan politik ekonominya, kita bisa cermati, model
sistem pembangunan dunia, antara lain ;
1. Model Neo Liberalisme Sistem Neoliberalisme dikembangkan oleh Ronald Reagen Presiden Amerika di era 1980an, dengan ciri-ciri terpenting : a. Kepercayaan penuh pada mekanisme pasar dan sektor swasta b. Peran negara dibatasi dalam minimum peran tradisionalnya sebagai penjaga pertahanan dan keamanan saja c. Politik fiskal ( pajak yang rendah misalnya) dan moneter ( politik bunga rendah misalnya ) d. Pemotongan subsidi ( kesehatan, energi)
2. Model Welfare State
Model welfare State ( negara kesejahteraan ) dijalankan oleh
negara-negara skandinaia ( Swedia, Finlandia, Denmark dan Norwegia) dan
negara-negara dimana partai sosialis memerintah atau warna
kemasyarakatannya mengadopsi aspirasi kaum sosialis demokrat seperti
Perancis, Spanyol, jerman, dan Inggris, beberapa ciri yang menonjol dari
model ini adalah : a. Sistem perpajakan progresif bersamaan dengan
sistem Jaminan sosial yang sangat efektif untuk melindungi lapisan
sosial yang lemah, semua itu merupakan hasil dari regulasi sosial yang
cerdas oleh negara dalam konteks historis yang spesifik, proses yang
kompleks serta berbagai hasil transformasi gradual dan evolutif serta
dengan waktu yang panjang. b. Aktor swasta sebagai agen pertumbuhan
ekonomi yang efesien dimana mekanisme pasar sepenuhnya menyampaikan
sinyal-sinyal yang memberikan arah untuk pengambilan keputusan bagi
kalangan swasta, tanpa ada ruang yang terdistorsi oleh perilaku
birokrasi atau aktor negara. c. Kekuatan serikat buruh yang sangat
menentukan, berdampingan dengan sistem parlemen yang efektif, dengan
terdapatnya partai-partai yang memerintah dan partai oposisi sehingga
terjamin proses check and balance dalam rangka merealisasikan hak-hak
politik dan kepastian hukum bagi setiap warga negara.
Catatan :
Model ini telah menjadi obsesi yang kuat bagi para pendiri republik
kita dengan bung Hatta sebagai figur sentralnya UUD 1945 mengandung
semangat ke arah model ini.
3. Model Negara Kemakmuran Negara kemakmuran ala Jepang dengan ciri-ciri terpenting :
a. Negara menjadi sentral dalam penentuan keputusan jangka panjang;
pertumbuhan ekonomi, konsensus antar lembaga, pengembangan teknologi dan
seterusnya. Negara melakukan sangat sedikit campur tangan dalam tingkat
pelaksanaannya. Swasta lah yang sepenuhnya menjabarkan dan merealisasikan
keputusan-keputusan jangka panjang tersebut. b. Kemitraan negara/birokrasi dengan kaum wiraswasta dalam rangka merebut pasar dunia.
c. Sistem subsidi untuk kebutuhan pokok yang menjamin secara efektif
proses redistribusi kepada para petani serta kelas-kelas sosial yang
rendah lainnya.
4. Model Populis Ala negara –negara Komunis, khususnya yang dianggap unik adalah RRC dengan ciri-ciri terpenting :
a. Hard Policy untuk memaksa masing-masing aktor ekonomi memperoleh
sesuai dengan kebutuhannya dengan pembangunan besar-besaran sistem
komune-komune dalam rangka sistem langsung untuk pemecahan masalah
ledakan-ledakan penduduk, pengangguran dan kemiskinan massal. b.
Sistem monopoli pengambilan keputusan oleh sekelompok kecil komite
sentral partai dengan penutupan total hak berbeda dalam menentukan arah
dari semua sub sistem kenegaraan. c. Peran yang sangat besar dan
sangat menentukan dari aparat represi dan kontrol politik untuk menjamin
efektifnya sistem mereka.
5. Model Islam ( era umar bin abdul Azis ) a. Berbasis kesadaran persaudaraan yang kuat untuk saling membantu yang sedang kesusahan b. Pembiayaan negara dan program sosial berbasis : pajak, infaq, shadaqah, wakaf. c. Tidak penumpukan tanah dan harta kekayaan.
d. Diperlukan proses pembinaan yang kuat untuk membangun kesadaran dari
setiap individu bahwa semulia-mulia dan bahagia didapat ketika banyak
memberi atau berkorban pada orang lain, selain dalam rangka distribusi
kekayaan. e. Tidak ada kepemilikan harta dan kekayaan dalam Islam, karena harta dan kekayaan adalah titipan Allah.
Transformasi gerakan buruh Indonesia : dari wacana pabrik menjadi wacana publik
Bila dalam pembentukan awal gerakan serikat buruh Indonesia adalah
untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemerdekaan bangsa, maka sejak Di
jadikannya serikat buruh dalam wadah FBSI oleh Rezim Suharto pada tahun
1973 hingga 1998 praktis gerakan buruh kehilangan ruh perjuangannya.
Pada periode tersebut, gerakan buruh terjebak pada isu-isu pabrik dan
sektoral saja, tidak mampu keluar dari kooptasi rezim Suharto.
Pasca Suharto jatuh pada tahun 1998, kemudian Presiden Habibie membuka
kran demokrasi dan kebebasan berserikat, hingga kini tumbuh berkembang
hampir seratus Federasi dan 6 konfederasi serikat pekerja. Hanya saja
baru tahun 2009 akhir tumbuh kesadaran perjuangan sistem, sementara
periode 1998-2008, perjuangan serikat pekerja masih berkutat pada
permasalahan isu pabrik saja.
Orientasi gerakan mewujudkan “Negara Kesejahteraan”
Belajar dari negara welfare state bahwa, untuk bisa hidup sejahtera
diperlukan sebuah model negara yang menjalankan sistem jaminan sosial
untuk mensejahterakan anggotanya. Pada titik ini kita pahami bahwa,
kesejahteraan buruh dan keluarganya tidak bisa sepenuhnya diminta oleh
perusahaan, perlu campur tangan pemerintah untuk bertanggung jawab atas
kesejahteraan rakyatnya, karena negara didirikan untuk melindungi,
mencerdaskan dan mensejahterakan rakyatnya.
Positioning gerakan buruh
Ketika gerakan buruh hanya berkutat pada wacana pabrik saja (
perundingan upah, Perundingan PKB, union busting ), maka sangat sulit
buruh akan berkembang. Perlu penyadaran secara masif kepada seluruh
anggota serikat buruh bahwa untuk sejahtera itu perlu perubahan sistem
dan regulasi negara, melalui penguatan serikat buruh, untuk itu
diperlukan roadmap gerakan buruh untuk mewujudkan negara kesejahteraan : 1. Tahapan ideologisasi melalui kajian dan pengkaderan yang kuat 2. Menjadi pressure group ( kelompok penekan), dengan membangun akar rumput yang solid dan militan 3. Strategic group ( menawarkan & sosialisasi konsep kesejahteraan) 4. Penguatan peran Sosial Kemasyarakatan ( sinergi dengan berbagai elemen bangsa) 5. Penguatan peran politik ( masuk ranah politik ), berkoalisi dengan partai politik atau membentuk partai politik.
Kesimpulan & Penutup
Mencermati paparan diatas, kita pahami bahwa peran negara menjadi
penting. Hanya saja negara akan berfungsi dengan benar mensejahterakan
rakyatnya ketika negara mempunyai konsep yang jelas dan diisi oleh civil
society yang kuat. Gerakan buruh sebagai bagian dari civil society yang
terorganisir menjadi harapan banyak pihak untuk ambil bagian membenahi
negara, disamping LSM, mahasiswa. Untuk bisa mempunyai posisi tawar
yang kuat, maka transformasi gerakan dan tahapan-tahapan membangun
gerakan harus menjadi concern kuat buruh Indonesia, jika tidak ....maka
kesejahteraan buruh hanyalah utopia dan angan-angan belaka.
Kebangkitan awal tahun 2012, adalah simbol kebangkitan grassroot yang
harus disambut oleh kebangkitan kelas menengah. Karena gerakan aksi
massif tanpa dukungan kelas menengah sulit untuk berhasil. Negara yang
telah tersandera oleh berbagai kepentingan, entah korporasi asing
ataupun mafia lokal perlu direbut kembali.
Salam Perjuangan
Muhamad Rusdi 0812 8904 1000
Sumber : Diolah dari berbagai sumber 1. Ekonomi Politik & Pembangunan ( Prof Dr Didin Damanhuri) IPB Press 2. Sarekat Islam mencari Ideologi 1924-1945( Nasihin ), Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar