Mars FSPMI Kami buruh fspmi Berjuang di sini karena hati kami Bukan karena digaji atau ingin dipuji Kami berjuang karena hak asasi Kami buruh fspmi Siang malam tetap mengabdi Tak peduli hujan tak peduli panas Susah senang ya solidarity Reff: Di sini bukan tempat buruh malas Atau mereka yang biasa tidur pulas Di sini tempatnya para pejuang Yang berjuang dengan keikhlasan Lawan lawan lawan lawan lawan Lawan lawan lawan sampai menang Satu komando wujud kekompakan Sabar dan loyal itu kewajiban Sekuat mental baja sukarela berkorban Berjuang dalam satu barisan Solidarity forever Solidarity forever Solidarity forever For the union make us strong.

Jumat, 18 Mei 2012

Upah Kerja RI Cuma Sepertiga Buruh Thailand

Sekjen ITUC Siap Kejar Menakertrans Di Kamboja

Konfederasi serikat buruh terbesar di dunia, International Trade Union Confederation, meng­­kritik kondisi buruh di Indo­nesia yang berbanding ter­balik dengan posisi Indonesia sebagai anggota G20. Upah buruh Indo­ne­sia hanya sepertiga dari buruh Thailand. Terlalu…!!!

“Padahal Indonesia adalah ba­gian dari G20,” ujar Sekretaris Jenderal ITUC, Sharan  Burrow, dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, sejumlah buruh di Indonesia kerap mengalami inti­midasi oleh pihak perusahaan (corporate bullying). Bahkan ada yang hingga melibatkan militer.

“Buruh dibayar dengan upah rendah dan tidak ada jaminan yang layak. Saya sangat shock mendengar semua laporan ini,” kata Burrow.

Burrow berjanji akan memba­wa masalah ini kepada Menaker­trans Muhaimin Iskandar pada perte­muan buruh di Guadala­jara, Mek­siko.

“Hari ini saya tidak bisa ber­temu karena beliau sedang ber­ada di Kamboja. Semoga saya  bisa bertemu beliau minggu de­pan di Meksiko,  akan saya sam­paikan masalah ini,” ujarnya.

Sebagai negara dengan penda­patan tertinggi ke-17 dan per­tum­buhan ekonomi di atas 6 per­sen,  lanjut Burrow, seharusnya buruh di Indonesia diperlakukan lebih manusiawi.

Menanggapi hal ini, anggota Komisi IX DPR Rieke Diyah Pita­loka justru khawatir nasib para buruh menjelang pember­la­kuan pasar bebas. Kondisi ini hanya me­nguntungkan pemilik modal, namun memiskinkan para buruh.

“Lama-lama Indonesia menja­di pasar barang impor,” ujar anggota DPR Fraksi PDIP ini.
Si Oneng, sapaan Rieke, juga mendesak pemerintah untuk men­­ciptakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya sehingga tidak ada lagi pengiriman buruh mig­ran ke luar negeri. 

“Itu bukan so­lusi ma­salah ketiadaan pekerjaan di da­lam negeri,” kata Rieke.

IUTC berada di Indonesia un­tuk merilis laporan baru per­kem­­bangan Green and Decen Job se­kaligus mengadakan pe­nyelidi­kan pelanggaran hak buruh-buruh di Indonesia. 

Source: Harian Rakyat Merdeka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar